JARAK TANAM ANTAR TANAMAN SENUSIM
JAHE, PEPAYA, DAN NANAS
ASSIDIQI
11542111000712
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) KUTIM
SANGATTA
2013
LAPORAN
KEGIATAN
Judul
: Jarak Tanam pada Tanaman
Semusim
Nama
: Assidiqi
Laporan : Sebagai salah
satu syarat untuk nilai kelulusan mata kuliah Fisiologi Tumbuhan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian ( STIPER )
Kutai Timur
NIM : 11542111000712
Program
study :
agroteknologi
Disahkan Oleh :
Ka. LID Stiper kutim Kordinatoe Asisten
Yajis
paggasa,S.pt.,M.Si Dian triadiwarman,SP
Mengetahui,
Ketua Program
Studi Agroteknologi
La Sarido, SP.,
MP.
KATA PENGANTAR
Puji shukur saya
panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayanyalah sehingga
laporan praktikum Teknik Budidaya Tanaman Semusim ini dapat di selesaikan
dengan baik sesuai dangan waktu yang telah di tentukan
Di dalam praktikum ini saya
mempelajari tentang seluk beluk tanaman Semusim yang di budidayakan oleh UPDT
BBI Loa Janan, Kutai Kartanegara. Di mana hasil Penelitian di dasarkan oleh
Konservasi Komoditi Tanaman Semusim yang ada di sana.
Menyadari bahwa
terselesaikannya laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak di
antaraanya yaitu:
1.
Dr.Ir.Juraemi.M.Si Selaku Pimpinan Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian Kutai Timur.
2.
La Sarido.,Sp Selaku Ketua Program Studi Agroteknologi
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Kutai
Timur.
3.
Dosen-dosen pengajar Teknologi Budidaya Tanaman Semusim.
4.
Dosen pembimbing kegiatan praktikum yang dengan sabar
telah mengarahkan kami.
5.
Teman – teman yang turut serta dalam praktikum ini
Khususnya Agroteknologi angkatan 2010 dan 2011.
Penyusun
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penyusun mengharapkan masukan dan saran yang menbanggun demi untuk kesempurnaan
laporan praktikum Teknik Budidaya Tanaman Semusim
Sangatta,
Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PE NGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2.Tujuan Praktikum.......................................................................................... 1
1.3.Mamfaat Praktikum...................................................................................... 2
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 2
2.1.Jahe............................................................................................................... 2
2.2.Pepaya........................................................................................................... 5
2.3.Nanas............................................................................................................ 7
BAB
III. METODOLOGI PRAKTIKUM.......................................................... 16
3.1.Waktu dan Tempat Praktikum..................................................................... 16
3.2.Bahan Dan Alat........................................................................................... 16
3.3.Prosedur Praktikum..................................................................................... 16
BAB
IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN.................................. 16
4.1.Hasil Praktikum........................................................................................... 16
4.2.Pembahasan................................................................................................. 19
BAB
V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 21
5.1.Kesipulan..................................................................................................... 21
5.2.Saran............................................................................................................ 21
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 22
LAMPIRAN........................................................................................................... 22
1.1.Latar Belakang
Tanaman semusim merupakan istilah agrobotani bagi
tumbuhan yang dapat dipanen hasilnya dalam satu musim tanam. Dalam
pengertian botani, pengertiannya agak diperlonggar menjadi tumbuhan yang
menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam rentang setahun. Istilah dalam
bahasa Inggris, annual plant, menunjukkan bahwa yang dimaksud "satu
musim" adalah satu tahap dalam setahun. Bagi pertanian di daerah beriklim
sedang seringkali yang dimaksud semusim adalah apabila tanaman yang dimaksud
tidak perlu mengalami musim dingin bagi pembungaannya (vernalisasi). Tanaman
semusim adalah tanaman yang dapat dipanen hanya sekali dalam satu musim
tanam,contohnya adalah Jahe, Pepaya, Nanas. Kangkung merupakan salah satu
tanaman semusim yang sering ditanam di Indonesia.
Pola tanaman adalah bentuk pemanfaatan sumberdaya alam dan
manusia(lingkungan) dalam budidaya tanaman guna memperoleh hasil yang sebaik
baik nya(maksimum-oftimum) secara berkelanjutan. (pemanfaatan SDA dan SDM,
produksi Max/Opt, lestari dan berkesinambungan). Pola tanam (cropping Pattern):
Suatau urutan pertama pada sebidang lahan selama periode tertentu (selama 1 tahun) termasuk tanah kosong. Pola tanam berkembang sesuai dengan: 1.Tanah dan Iklim, 2.Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 3. Ekonomi, 4. Sosial budaya.
Suatau urutan pertama pada sebidang lahan selama periode tertentu (selama 1 tahun) termasuk tanah kosong. Pola tanam berkembang sesuai dengan: 1.Tanah dan Iklim, 2.Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 3. Ekonomi, 4. Sosial budaya.
Pembiakan tanaman atau perbanyakan tanaman (plant propagation) adalah proses
menciptakan tanaman baru dari berbagai sumber atau bagian tanaman, seperti
biji, stek, umbi, dan bagian tanaman lainnya (Wikipedia,
2012). Tujuan utama dari pembiakan tanaman adalah untuk mencapai
pertambahan jumlah, memelihara sifat-sifat penting dari tanaman (Askari, 2010),
dan juga untuk mempertahankan eksistensi jenisnya. Ada dua cara perbanyakan
tanaman, yaitu perbanyakan secara seksual atau generatif dan perbanyakan secara
aseksual atau vegetatif.
1.2.Tujuan Praktikum
Untuk Mengetahui Jarak Tanam Pada Tanaman semusim yang
diteliti, dan mengetahui bagaimana cara perbanyakan tanaman pada Tanaman Jeruk
dan Durian.
1.3.Manfaat Praktikum
1. Manfaat
dari praktikum ini kita dapat mengetahui tentang Jarak penanaman pada tanaman
semusim dan juga perbanyakan pada tanaman jeruk dan durian.
2. Bagi
masyarakat sebagai bahan refrensi membudidayakan tanaman semusim.
3. Bagi
instansi pemerintah sebagai acuan pembudidaya untuk kesejahtraan masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jahe
Jahe (Zingiber
officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai
rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di
ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.
Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh
William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi,dari Bahasa Sanskerta, singaberi Jahe diperkirakan
berasal dari India. Namun ada pula yang
mempercayai jahe berasal dariRepublik
Rakyat Cina Selatan.
2.2.1. Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Z. officinale
Nama binomial :
Zingiber officinale
Dari
India, jahe dibawa sebagai rempah perdagangan hinggaAsia Tenggara, Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah. Kemudian
pada zaman kolonialisme, jahe yang bisa memberikan rasa hangat dan pedas pada
makanan segera menjadi komoditas yang populer di Eropa. Karena jahe
hanya bisa bertahan hidup di daerah tropis, penanamannya hanya bisa dilakukan
di daerah katulistiwa seperi Asia Tenggara, Brasil, dan Afrika. Saat ini Equadordan Brasil menjadi
pemasok jahe terbesar di dunia. Batang jahe merupakan batang semu dengan
tinggi 30 hingga 100 cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna
kuning hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15
hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun berbulu halus. Bunga
jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5
cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7
buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik ungu.
Tangkai putik berjumlah dua.
2.1.2. Jenis
Tanaman
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk
dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
1.
Jahe
putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak : Rimpangnya
lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas
lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur
tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
2.
Jahe
putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit : Ruasnya
kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen
setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe
gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok
untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3. Jahe merah : Rimpangnya berwarna
merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe
merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri
yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
2.1.3. Manfaat Tanaman
Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi
aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan
berbagai.minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi,
industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap,
bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe
sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar,
kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe
seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang
berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran
sosis dan lain-lain. Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah
sebagai karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti
pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan
parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung
dan getah empedu.
2.1.4. Sentara Penanaman
Terdapat di seluruh Indonesia,
ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak
dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia,
Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai
kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe terbesar,
yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.
2.1.5. Syarat Tumbuh
1. Iklim
1. Tanaman jahe membutuhkan curah hujan
relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
2. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau
lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe
dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang
hari.
3. Suhu udara optimum untuk budidaya
tanaman jahe antara 20-35°C.
2.
Media Tanam
1. Tanaman jahe paling cocok ditanam
pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus.
2. Tekstur tanah yang baik adalah
lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.
3. Tanaman jahe dapat tumbuh pada
keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk
jahe gajah adalah 6,8-7,0.
3.
Ketinggian Tempat
1.
Jahe
tumbuh baik didaerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl.
2.
Di
Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl.
2.1.7. Pedoman Budidaya
1. Pembibitan
Persyaratan Bibit : Bibit
berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik
(persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu
fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus
dipenuhi antara lain:
1.
Bahan
bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
2.
Dipilih
bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
3.
Dipilih
pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
4.
Teknik
Penyemaian Bibit : Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit
jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian
bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
Penyemaian pada peti kayu : Rimpang
jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian
disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana
setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari.
Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman
jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar
1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan
cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu
diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam
padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam
padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
Penyemaian pada bedengan : Buat
rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan
jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan
dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan
jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami
pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan
bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan
penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2
minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak
terbawa bibit berkualitas rendah..Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan
dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60
gram.
Penyiapan Bibit : Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan
dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan
dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4
jam, barulah ditanam.
2.1.8. Pengolahan Media Tanam
1. Persiapan Lahan : Untuk mendapatkan
hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yang
dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan
keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi
keasaman dengan kapur.
2. Pembukaan Lahan : Pengolahan tanah
diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk
mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman
pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap
serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada
pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan
pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus
diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
3. Pembentukan Bedengan : Pada
daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk encegah
terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan
ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan
kondisi lahan.
4. Pengapuran : Pada tanah dengan pH
rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan
calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah
yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab
penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur
kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang
berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah
dan merangsang pembentukan biji.
a.
Derajat
keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
b.
Derajat
keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c.
Derajat
keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
2.1.9. Teknik Penanaman.
Penentuan Pola Tanaman : Pembudidayaan jahe secara
monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena
mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan
tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan
kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai
keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
1. Mengurangi kerugian yang disebabkan
naik turunnya harga.
2. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga
kerja pemeliharaan tanaman.
3. Meningkatkan produktivitas lahan.
4. Memperbaiki sifat fisik dan
mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
Praktek di lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran,
seperti ketimun, bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang
ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa
kacang-kacangan lainnya.
Pembutan Lubang Tanam : Untuk
menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk,
maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat
lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
Cara Penanaman : Cara penanaman
dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang
tanam atau alur yang sudah disiapkan.
Perioda Tanam : Penanaman jahe
sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober.
Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak
untuk pertumbuhannya.
2.1.10. Pemeliharaan Tanaman
1.
Penyulaman : Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat
rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar
pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya
dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.
2.
Penyiangan : Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4
minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman
pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak
perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai
besar..
3.
Pembubunan : Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat
berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan
pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas
permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis
di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat
diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan
sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan
air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk
rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali
selama umur tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya
hujan.
4.
Pemupukan :
a.
Pemupukan
Organik : Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk
pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan
menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering
disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos
organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai
pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah
olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan
jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per
tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6
bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per
tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan
penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
b.
Pemupukan
Konvensional : Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu
diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar
yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua
digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10
gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang
berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha),
P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N
dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan
pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan
ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam
di sela-sela tanaman.
c.
Pengairan
dan Penyiraman : Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk
pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal
musim hujan sekitar bulan September;
d.
Waktu
Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari
saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan.
Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk
organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.
2.1.11. Panen
1.
Ciri dan Umur Panen : Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu
sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah
bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang
dan sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe untuk dipasarkan maka jahe
dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen antara
10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan
batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8
bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
2. Cara Panen : Cara panen yang baik,
tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul,
diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran
lainnya yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah
itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu.
Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu
tinggi melainkan agak disebar.
3. Periode Panen. : Waktu panen sebaiknya
dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen
biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila
tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan
pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan
rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya
bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
4.
Perkiraan Hasil Panen : Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar
antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti
berkisar antara 10-15 ton/hektar.
2.2.
Pepaya
Pepaya (Carica
papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang
berasal dari Meksiko bagian
selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini
menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. C.
2.2.1.
Klasifikasi
Klasifikasi
ilmiah
Kerajaan:
Plantae
(tidak
termasuk) Eudicots
(tidak
termasuk) Rosids
Ordo: Brassicales
Famili: Caricaceae
Genus: Carica
Spesies:
C. papaya
Nama
binomial: Carica papaya
L.
2.2.2. Syarat Tumbuh
Tanaman dapat tumbuh pada dataran rendah dan tinggi 700 - 1000 mdpl, curah hujan 1000 - 2000 mm/tahun, suhu udara optimum 22 - 26 derajat C dan kelembaban udara sekitar 40% dan angin yang tidak terlalu kencang sangat baik untuk penyerbukan. Tanah subur, gembur, mengandung humus dan harus banyak menahan air, pH tanah yang ideal adalah netral dengan pH 6 -7.
Tanaman dapat tumbuh pada dataran rendah dan tinggi 700 - 1000 mdpl, curah hujan 1000 - 2000 mm/tahun, suhu udara optimum 22 - 26 derajat C dan kelembaban udara sekitar 40% dan angin yang tidak terlalu kencang sangat baik untuk penyerbukan. Tanah subur, gembur, mengandung humus dan harus banyak menahan air, pH tanah yang ideal adalah netral dengan pH 6 -7.
2.2.3.
Pembibitan
1.Persyaratan Bibit/Benih
1.Persyaratan Bibit/Benih
Biji-biji yang digunakan sebagai
bibit diambil dari buah-buah yang telah masak benar dan berasal dari pohon
pilihan. Buah pilihan tersebut di belah dua untuk diambil biji-bijinya. Biji
yang dikeluarkan kemudian dicuci bersih hingga kulit yang menyelubungi biji
terbuang lalu dikeringkan ditempat yang teduh.
Biji yang segar digunakan sebagai
bibit. Bibit jangan diambil dari buah yang sudah terlalu masak/tua dan jangan
dari pohon yang sudah tua.
2. Penyiapan Benih
2. Penyiapan Benih
Kebutuhan benih perhektar 60 gram (±
2000 tanaman). Benih direndam dalam larutan POC NASA 2 cc/liter selama 1-2 jam,
ditiriskan dan ditebari Natural GLIO kemudian disemai dalam polybag ukuran 20 x
15 cm. Media yang digunakan merupakan campuran 2 ember tanah yang di ayak
ditambah 1 ember pupuk kandang yang sudah matang dan diayak ditambah 50 gram TSP
dihaluskan ditambah 30 gram Natural GLIO.
3.
Teknik Penyemaian Benih
Benih dimasukan pada kedalaman 1 cm
kemudian tutup dengan tanah. Disiram setiap hari. Benih berkecambah muncul
setelah 12-15 hari. Pada saat ketinggiannya 15-20 cm atau 45-60 hari bibit siap
ditanam. Biji-biji tersebut bisa langsung ditanam/disemai lebih dahulu.
Penyemaian dilakukan 2 atau 3 bulan sebelum bibit persemaian itu dipindahkan ke
kebun.
4.
Pemindahan Bibit
Bibit-bibit yang sudah dewasa,
sekitar umur 2 - 3 bulan dapat dipindahkan pada permulaan musim hujan.
2.2.4. Pengolahan Media Tanam
1.
Persiapan
Lahan dibersihkan dari
rumput, semak dan kotoran lain, kemudian dicangkul/dibajak dan digemburkan.
2.
Pembentukan Bedengan
Bentuk bedengan
berukuran lebar 200 - 250 cm, tinggi 20 - 30 cm, panjang secukupnya, jarak
antar bedengan 60 cm. Buat lubang ukuran 50 x 50 x 40 cm di atas bedengan,
dengan jarak tanam 2 x 2,5 m.
3.
Pengapuran
Apabila tanah yang akan
ditanami pepaya bersifat asam (pH kurang dari 5), setelah diberi pupuk yang
matang, perlu ditambah ± 1 kg Dolomit dan biarkan 1-2 minggu.
4.
Pemupukan
Sebelum diberi pupuk,
tanah yang akan ditanami pepaya harus dikeringkan satu minggu, setelah itu
tutup dengan tanah campuran 3 blek pupuk kandang yang telah matang.
2.2.5. .Teknik
Penanaman
1. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam berukuran 60 x 60 x 40 cm, yang digali
secara berbaris. Biarkan lubang-lubang kosong agar memperoleh cukup sinar
matahari. Setelah itu lubang-lubang diisi dengan tanah yang telah dicampuri
dengan pupuk kandang 2 - 3 blek. Jika pupuk kandang tidak tersedia dapat
dipakai SUPERNASA dengan cara disiramkan kelubang tanam dosis 1 sendok makan/10
lt air sebelum tanam. Lubang - lubang yang ditutupi gundukan tanah yang cembung
dibiarkan 2-3 hari hingga tanah mengendap. Setelah itu baru lubang-lubang siap
ditanami. Lubang-lubang tersebut diatas dibuat 1-2 bulan penanaman. Apabila
biji ditanam langsung ke kebun, maka lubang - lubang
2. Cara Penanaman
Tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 buah biji. Beberapa
bulan kemudian akan dapat dilihat tanaman yang jantan dan betina atau
berkelamin dua.
2.2.6.
Pemeliharaan Tanaman
1.
Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan tanaman dilakukan untuk memperoleh tanaman
betina disamping beberapa batang pohon jantan. Hal ini dilakukan pada waktu
tanaman mulai berbunga.
2.
Penyiangan
Kebun pepaya sama halnya dengan
kebun buah-buahan lainnya, memerlukan penyiangan (pembuangan rumput). Kapan dan
berapa kali kebun tersebut harus disiangi tak dapat dipastikan dengan tegas,
tergantung dari keadaan.
3. Pembubunan
Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan
lainnya, memerlukan pendangiran tanah. Kapan dan berapa kali kebun tersebut
harus didangiri tak dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.
4. Pemupukan
Pohon pepaya memerlukan pupuk yang banyak, khususnya
pupuk organik, memberikan zat-zat makanan yang diperlukan dan dapat menjaga kelembaban
tanah. Cara pemberian pupuk:
a.
Tiap minggu setelah tanam beri pupuk kimia, 50 gram ZA, 25 gram Urea, 50 gram TSP
dan 25 gram KCl, dicampur dan ditanam melingkar.
b.
Satu bulan kemudian lakukan pemupukan kedua dengan komposisi 75 gram ZA, 35 gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl
c.
Saat umur 3-5 bulan lakukan pemupukan ketiga dengan komposisi 75 gram ZA, 50 gram
Urea, 75 gramTSP, 50 gram KCl
d.
Umur 6 bulan dan seterusnya 1 bulan sekali diberi pupuk dengan 100 gram ZA, 60 gram
Urea, 75 gramTSP, dan 75 gram KCl
e.
Siramkan SUPERNASA ke lubang tanam dengan dosis 1 sendok makan/10 liter air
setiap 1-2 bulan sekali
f.
Lakukan penyemprotan POC NASA dosis 3 tutup / tangki setiap 1-2 minggu sekali setelah
tanam sampai umur 2-3 bulan
g.
Setelah umur 3 bulan semprot dengan POC NASA 3 - 4 tutup ditambah HORMONIK
dosis 1 - 2 tutup / tangki.
h.
Penyemprotan hati - hati pada saat
berbunga agar tidak kena bunga yang mekar atau lebih aman bisa disiramkan.
2.2.7.
Pengairan dan Penyiraman
Tanaman pepaya memerlukan cukup air
tetapi tidak tahan air yang tergenang. Maka pengairan dan pembuangan air harus
diatur dengan seksama. Apalagi di daerah yang banyak turun hujan dan bertanah
liat, maka harus dibuatkan parit-parit. Pada musim kemarau, tanaman pepaya
harus sering disirami.
2.2.8. Panen
1.
Ciri dan Umur Panen
Tanaman pepaya dapat
dipanen setelah berumur 9-12 bulan. Buah pepaya dipetik harus pada waktu buah
itu memberikan tanda-tanda kematangan: warna kulit buah mulai menguning.
2.
Cara Panen
Panen
dilakukan dengan berbagai macam cara, pada umumnya panen/pemetikan dilakukan
dengan menggunakan "songgo" (berupa bambu yang pada ujungnya berbentuk
setengah kerucut yang berguna untuk menjaga agar buah tersebut tidak jatuh pada
saat dipetik).
2.3.
Nanas
Nanas,(Ananas comosus (L.)
Merr.) adalah sejenis tumbuhan tropis yang berasal dari Brasil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini termasuk dalam
familia nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae).
2.3.1. Klasifikasi
Kerajaan:
Plantae
(tidak
termasuk) Monocots
(tidak
termasuk) Commelinids
Ordo:
Poales
Famili:
Bromeliaceae
Upafamili:
Bromelioideae
Genus:
Ananas
Spesies:
A. comosus
Nama binomial: Ananas comosus
(L.) Merr.
Nanas (biasa juga disebut bromeliad) memiliki lebih dari
2.400 kerabat yang sebagian besar berpenampilan cantik. Kerabat dekat spesies
nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa dijadikan tanaman hias,
misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. Fritzmuelleri, A. erectifolius
L.B. Smith, dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith. Berdasarkan habitus tanaman,
terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nenas, yaitu :
Cayene
(daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah
lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus
sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri
kasar, buah silindris atau seperti piramida).
Varietas
cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan
Queen. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul
adalah nenas Bogor, Subang dan Palembang.
2.3.2.
Syarat Tumbuh
1.
Iklim
1. Tanaman nanas dapat tumbuh pada
keadaan iklim basah maupun kering.
2. Pada umumnya tanaman nanas ini
toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas
sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman nanas tidak toleran terhadap
hujan salju karena rendahnya suhu.
3. Tanaman nanas dapat tumbuh dengan
baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan maksimumnya,
dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam.
4. Suhu yang sesuai untuk budidaya
tanaman nanas adalah 23-32 derajat C, tetapi juga dapat hidup di lahan bersuhu
rendah sampai 10 derajat C.
2.
Media Tanam
1. Pada umumnya hampir semua jenis
tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk tanaman nanas. Meskipun
demikian, lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan
banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah.
2. Derajat keasaman yang cocok adalah
dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5)
menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH
4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang,
Kalsium, Magnesium, dan Molibdinum dengan cepat.
3. Air sangat dibutuhkan dalam
pertumbuhan tanaman nanas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di
dalamnya. Aerasi dan drainasenya harus baik, sebab tanaman yang terendam akan
sangat mudah terserang busuk akar. Nanas sangat suka jika ditanam di tempat
yang agak miring, sehingga begitu ada air yang melimpah, begitu cepat pula
tanah tersebut menjadi kering.
3. Ketinggian Tempat
Nanas cocok ditanam di ketinggian 800-1200 m dpl.
Pertumbuhan optimum tanaman nanas antara 100-700 m dpl.
2.3.3.
Budidaya Nanas
1. Pembibitan
Keberhasilan penanaman nanas sangat ditentukan oleh kualitas
bibit. Nanas dapat dikembangbiakan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara
vegetatif digunakan adalah tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah
dan stek batang. Cara generatif dengan biji yang ditumbuhkan dengan persemaian,
(jarang digunakan). Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang
pertumbuhannya normal, sehat serta bebas dari hama dan penyakit.
1) Persyaratan Benih
Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak
tebal-tebal penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah
banyak, pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama
untuk bibit stek batang.
2) Penyiapan Benih
Benih nanas dari biji (generatif) jarang digunakan karena
membutuhkan teknik khusus dan beberapa jenis nanas tidak dapat melakukan
penyerbukan sendiri dan tidak menghasilkan biji. Cara perbanyakan secara
vegetatif (tunas akar) mempunyai ciri khusus: tunas yang tumbuh dari bagian
batang yang terletak di dalam tanah, jumlah tunas akar per rumpun relatif
sedikit, bentuk daun lebih langsing, masa remaja tunas akar relatif pendek.
Cara vegetatif lain (tunas batang) mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh dari
batang dan jumlah tunas per rumpun relatif sedikit. Tunas batang mempunyai
ciri-ciri tunas yang tumbuh pada tangkai buah di bawah tangkai buah dan di atas
tunas batang, jumlah tunas buah per tanaman relatif banyak hingga mencapai 10
tunas dan ukuran tunas yang bervariasi tergantung dari pertumbuhan tanaman.
Untuk cara vegetatif dengan mahkota buah ciri-cirinya adalah tunas yang
ditumbuhkan dari mata tunas yang non-aktif pada batang, kemudian disemaikan
dalam media steril dengan perlakuan khusus serta jumlah bibit yang dihasilkan
banyak, seragam, dan mudah dalam pengangkutan.
Penyiapan benih (bibit) untuk tanaman nanas dibedakan
menjadi bibit tunas batang dan bibit nanas dari stek. Penyiapan bibit tunas
batang: memilih tunas batang pada pohon induk yang sedang berbuah/setelah
panen. Tunas batang yang baik adalah panjang 30-35 cm. Daun-daun dekat pangkal
pohon dipotong untuk mengurangi penguapan dan mempermudah pengangkutan, setelah
itu biarkan selama beberapa hari di tempat teduh dan bibit siap angkut ke
tempat penanaman langsung segera ditanam. Untuk penyiapan bibit nanas dari
stek, langkah pertama yang dilakukan adalah memotong batang nanas yang sudah
dipanen buahnya sepanjang 2,5 cm, kemudian potongan dibelah menjadi 4 bagian
yang mengandung mata tunas. Media semai berupa pasir bersih dalam bak tanam.
Bibit yang dihasilkan dengan tinggi 25-35 cm atau berumur 3-5 bulan dicabut,
ditanam di kebun.
3) Teknik Penyemaian
Persemaian untuk nanas memerlukan perlakuan khusus. Akan
lebih baik apabila dioleskan zat perangsang akar (mis; Rootone) pada permukaan
belahan batang untuk mempercepat pertumbuhan akar. Belahan batang pada bak
persemaian disemaikan sedalam 1,5 - 2,5 cm dan jarak tanam 5-10 cm. Kondisi
media persemaian dijaga agar tetap lembab dan sirkulasi udara baik, dengan
menutup bak persemaian dengan lembar plastik tembus cahaya (bening).
Stek
batang nanas dibiarkan bertunas dan berakar. Media persemaian disuburkan dengan
pupuk kandang. Campuran media berupa tanah halus, pasir dan pupuk kandang halus
(1:1:1) atau pasir dengan pupuk kandang halus (1:1).
4) Pemeliharan Pembibitan
Pemeliharaan pembibitan/persemaian
penyiraman dilakukan secara berkala dijaga agar kondisi media tanam selalu
lembab dan tidak kering supaya bibit tidak mati. Pemupukan dilakukan dengan
pemberian pupuk kandang dengan perbandingan kadar yang sudah ditentukan.
Penjarangan dan pemberian pestisida dapat dilakukan jika diperlukan. Pemindahan
bibit dapat dilakukan jika ukuran tinggi bibit mencapai 25-30 cm atau berumur
3-5 bulan.
2.3.4. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan Lahan
Penanaman nanas dapat dilakukan pada
lahan tegalan atau ladang. Waktu persiapan dan pembukaan lahan yang paling baik
adalah disaat waktu musim kemarau, dengan membuang pepohonan yang tidak
diperlukan. Pengolahan tanah dapat dilakukan pada awal musim hujan. Tanah
diolah dengan dicangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga gembur. Biarkan tanah
menjadi kering minimal selama 15 hari agar tanah benarbenar matang dan siap
ditanami.
2) Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan
pengolahan tanah untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang
dipakai. Sistem petakan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian di
sekililingnya dibuat saluran pemasukan dan pembuangan air. Sistem bedengan
dilakukan dengan cara membuat bedengan-bedengan selebar 80-120 cm, jarak antar
bedengan 90-150 cm atau variasi lain sesuai dengan sistem tanam. Tinggi petakan
atau bedengan adalah antara 30-40 cm atau menyesuaikan. Derajat kemasaman tanah
yang sesuai untuk tanaman nanas adalah 4,5-6,5. Pengapuran tanah dilakukan
dengan Calcit atau Dolomit atau Zeagro atau bahan kapur lainnya dengan cara
ditaburkan merata dan dicampurkan dengan lapisan tanah atas terutama
tanah-tanah yang bereaksi asam (pH dibawah 4,5). Dosis kapur disesuaikan dengan
pH tanah, namun umumnya berkisar antara 2-4 ton/ha. Bila tidak turun hujan,
setelah pengapuran segera dilakukan pengairan tanah agar kapur cepat melarut.
3) Pemupukan
Dalam penanaman nanas dilakukan
pemberian pupuk kandang dengan dosis 20 ton per hektar. Cara pemberian:
dicampurkan merata dengan lapisan tanah atas atau dimasukkan per lubang tanam.
Juga digunakan pupuk anorganik NPK dan urea. Nitrogen (N) sangat diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman, fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada awal
pertumbuhan sedangkan Kalium diperlukan untuk perkembangan buah, khususnya
nanas. Pupuk urea penggunaannya dikombinasikan dengan perangsang pembungaan.
2.3.5. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan
urutan jenis tanaman dengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun. Dalam
teknik penanaman nanas ada beberapa sistem tanam, yaitu:
a. sistem baris tunggal atau persegi
dengan jarak tanam 150 x 150 cm baik dalam maupun antar barisan; 90 x 30 cm
jarak dalam barisan 30 cm, dan jarak antar barisan adalah 90 cm.
b. Sistem baris rangkap dua dengan
jarak tanam 60 x 60 cm, dan jarak antar barisan sebelah kiri dan kanan dari 2
barisan adalah 150 cm dan jarak tanam 45 x 30 cm, dan jarak antar barisan
tanaman sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan tanaman adalah 90 cm.
c. Sistem baris rangkap tiga dengan
jarak tanam 30 x 30 cm membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar barisan
sebelah kiri/ kanan dari 3 barisan tanaman: 90 cm dan jarak tanam 40 x 30 cm
dengan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 3 barisan adalah 90 cm.
d. sistem baris rangkap empat dengan
jarak 30 x 30 cm dan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 4 barisan
tanaman 90 cm.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam pada jarak tanam yang dipilih sesuai
dengan sistem tanam. Ukuran lubang tanam: 30 x 30 x 30 cm. Untuk membuat lubang
tanam digunakan pacul, tugal atau alat lain.
3) Cara Penanaman
Penanaman yang baik dilakukan pada
awal musim hujan. Langkah yang dilakukan: (1) membuat lubang tanam sesuai
dengan jarak dan sistem tanam yang dipilih; (2) mengambil bibit nanas sehat dan
baik dan menanam bibit pada lubang tanam yang tersedia masing-masing satu bibit
per lubang tanam; (3) tanah ditekan/dipadatkan disekitar pangkal batang bibit
nanas agar tidak mudah roboh dan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air
tanah; (4) dilakukan penyiraman hingga tanah lembab dan basah; (5) penanaman
bibit nanas jangan terlalu dalam, 3-5 cm bagian pangkal batang tertimbun tanah
agar bibit mudah busuk.
2.3.6. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan nanas tidak dilakukan karena tanaman nanas
spesifik dan tidak berbentuk pohon. Kegiatan penyulaman nanas diperlukan untuk
mengganti tanaman yang tidak tumbuh dengan baik dengan harapan memperoleh hasil
tanaman yang seragam dan serempak.
2) Penyiangan
Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nanas dari
rumput liar dan gulma pesaing tanaman nanas dalam hal kebutuhan air, unsur hara
dan sinar matahari. Rumput liar sering menjadi sarang dari dan penyakit. Waktu
penyiangan tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun, namun untuk
menghemat biaya penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan. Cara
penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput dengan tangan/kored/cangkul. Tanah
di sekitar bedengan digemburkan dan ditimbunkan pada pangkal batang nanas
sehingga membentuk guludan.
3) Pembubunan
Pembubunan diperlukan dalam penanaman nanas, dilakukan pada
tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya
mengambil tanah dari selokan atau parit di sekeliling bedengan, agar bedengan
menjadi lebih tinggi dan parit menjadi lebih dalam, sehingga drainase menjadi
normal kembali. Pembubunan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan akar
yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman nanas berdiri
kuat.
4) Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan
pupuk buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai
tanaman berbunga dan berbuah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah: ZA
100 kg + TSP atau SP-36 60 kg + KCl 50 kg per hektar. Pupuk susulan diulang
setiap 4 bulan sekali dengan dosis yang sama.
1. Pada umur 6 bulan dipupuk kandang 10
ton/ha. Cara pemberian pupuk dibenamkan/dimasukkan ke dalam parit sedalam 10-15
cm diantara barisan tanaman nanas, kemudian tutup dengan tanah. Cara lain:
disemprotkan pada Nitrogen dengan dosis
40 gram± daun terutama pupuk 900 liter larutan Urea per liter atau
urea per hektar.
2. KCL sangat berguna untuk
menghasilkan rasa buah yang manis dan legit. TSP untuk kematangan pohon dan
jenis buah yang bagus. Urea untuk pertumbuhan akar dan daun
5) Pengairan dan Penyiraman
Sekalipun tanaman nanas tahan
terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan
air yang cukup. Pengairan/penyiraman dilakukan 1-2 kali dalam seminggu atau
tergantung keadaan cuaca. Tanaman nanas dewasa masih perlu pengairan untuk
merangsang pembungaan dan pembuahan secara optimal. Tanah yang terlalu kering
dapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan buahnya kecil-kecil.
2.3.7. Panen
Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24
bulan, tergantung dari jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari
mahkota bunga berbuah pada umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24
bulan. Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan,
sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan. Ciri-ciri buah nanas yang siap
dipanen:
1. Mahkota buah terbuka.
2. Tangkai ubah mengkerut.
3. Mata buah lebih mendatar, besar dan
bentuknya bulat.
4. Warna bagian dasar buah kuning.
5. Timbul aroma nanas yang harum dan
khas.
Jika
buah telah siap dipanen, biasanya akan tumbuh bibit/anakan nenas dibawah pohon
induk/utama yang biasa disebut “bibit ketiak”. Sehingga nenas dipanen dengan
menebang pohon induk/utamanya, tetapi tetap membiarkan anakan nenas tumbuh
disamping/dibawahnya.
Nanas dipanen dengan cara pangkal tangkai buah dipotong
mendatar/miring dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara
hati-hati agar tidak rusak dan memar. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun
perlu diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara
peremajaan adalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit
yang baru.
Potensi produksi per hektar pada
tanaman nanas yang dibudidayakan intensif dapat mencapai 38-75 ton/hektar. Pada
umumnya rata-rata 20 ton/hektar, tergantung jenis nanas dan sistem tanam.
2.4.
Perbanyakan Tanaman Jeruk
2.4.1. Cara generative
Biji
diambil dari buah dengan memeras buah yang telah dipotong. Biji
dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya
hilang. Tanah persemaian diolah sedalam 30-40 cm dan dibuat petakan berukuran
1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1m. Sebelum
ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2. Biji ditanam dalam alur dengan jarak
tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram larutan POC NASA + 1-2 cc/lt air.
Persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah
tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran
pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1) atau
cukup dengan menggunakan tanah biasa disiram POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1
tutup) per 10-15 liter air.
2.4.2. Cara Vegetatif
Metode dengan
cara penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini
perlu dipersiapkan batang bawah (understam/rootstock) yang dipilih dari jenis
jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan
kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda.
Varietas batang bawah yang biasa digunakan adalah Japanese citroen, Rough
lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange. Setelah penyambungan
tunas pucuk atau penempelan mata tempel, segera disemprot menggunakan POC NASA
(3-4 tutup/tangki ) + HORMONIK (1 tutup/tangki ).
2.5.
Perbanyakan Tanaman Durian
2.5.1. Sistem pembiakan secara vegetatif pada durian
Durian ditanam dengan menggunakan
biji atau secara vegetatif. Walaupun pembiakan menggunakan biji mudah dan
murah, ia tidak dapat mengekalkan ciri-ciri pokok induk karena kebanyakan
varieti komersial melalui pendebungaansilang. Pokok ini juga lambat berbuah.
Dengan itu, pokok durian lebih baik dibiakkan secara vegetative
Persyaratan biji durian yang akan
diokulasi berasal dari biji yang sehat dantua, dari tanaman induk yang sehat
dan subur, sistem perakaran bagus dan produktif. Biji yang ditumbuhkan, dipilih
yang pertumbuhannya sempurna.Setelah umur 8-10 bulan, dapat diokulasi, dengan
cara:
1.
1.Kulit
batang bawah disayat, tepat di atas matanya (1 cm). Dipilih matatunas yang
berjarak 20 cm dari permukaan tanah.
2.
2.Sayatan
dibuat melintang, kulit dikupas ke bawah sepanjang 2-3 cmsehingga mirip lidah.
3.
3.Kulit
yang mirip lidah dipotong menjadi 2/3-nya.
4.
4.Sisipan
“mata” yang diambil dari pohon induk untuk batang atas (disayatdibentuk
perisai) diantara kulit. Setelah selesai dilakukan okulasi, 2minggu kemudian di
periksa apakah perisai mata tunas berwarna hijauatau tidak. Bila berwarna
hijau, berarti okulasi berhasil, jika coklat, berartiokulasi gagal.
2.5.2. Model tusuk/susuk
Tanaman
calon batang atas dibelah setengah bagian menuju kearah pucuk. Panjang belahan
antara 1-1,5 cm diukur dari pucuk. Tanaman calon batang bawah sebaiknya
memiliki diameter sama dengan batang atasnya. Tajuk calon batang bawah
dipotong dan dibuang, kemudian disayat sampairuncing. Bagian yang runcing
disisipkan kebelahan calon batang atas yang elah dipersiapkan. Supaya calon
batang bawah tidak mudah lepas,sambungannya harus diikat kuat-kuat dengan tali
rafia.
Selama
masa penyusuan batang yang disatukan tidak boleh bergeser.Sehingga, tanaman
batang bawah harus disangga atau diikat pada tanamaninduk (batang tanaman yang
besar) supaya tidak goyah setelah dilakukan penyambungan. Susuan tersebut harus
disiram agar tetap hidup. Biasanya,setelah 3-6 bulan tanaman tersebut bisa
dipisahkan dari tanaman induknya,tergantung dari usia batang tanaman yang
disusukan. Tanaman muda yangkayunya belum keras sudah bisa dipisahkan setelah 3
bulan.Penyambungan model tusuk atau susuk ini dapat lebih berhasil
kalauditerapkan pada batang tanaman yang masih muda atau belum berkayukeras.
2.5.3.
Model sayatan
1. Pilih calon batang bawah (bibit) dan
calon batang atas dari pohon induk yang sudah berbuah dan besarnya sama.
2. Kedua batang tersebut disayat
sedikit sampai bagian kayunya. Sayatan pada kedua batang tersebut diupayakan
agar bentuk dan besarnya sama.
3. Setelah kedua batang tersebut
disayat, kemudian kedua batang itu ditempeltepat pada sayatannya dan diikat
sehingga keduanya akan tumbuh bersama-sama.
4. Setelah 2-3 minggu, sambungan tadi
dapat dilihat hasilnya kalau batangatas dan batang bawah ternyata bisa tumbuh
bersama-sama berarti penyusuan tersebut berhasil.
5. Kalau sambungan berhasil, pucuk
batang bawah dipotong/dibuang, pucuk
batang atas dibiarkan tumbuh subur. Kalau pertumbuhan pucuk batang
atassudah sempurna, pangkal batang atas juga dipotong.
6. Maka akan terjadi bibit durian yang
batang bawahnya adalah tanaman biji,sedangkan batang atas dari ranting/cabang
pohon durian dewasa.
2.5.4. Cangkokan Batang
Durian
yang dicangkok harus dipilih dari cabang tanaman yang sehat,subur, cukup usia,
pernah berbuah, memiliki susunan percabangan yang rimbun, besar
cabang tidak lebih besar daripada ibu jari (diameter=2–2,5 cm), kulit
masihhijau kecoklatan. Waktu mencangkok adalah awal musim hujan
sehinggaterhindar dari kekeringan, atau pada musim kering, tetapi harus disiram
secararutin (2 kali sehari), pagi dan sore hari. Adapun tata cara mencangkok
adalahsebagai berikut:
1. Pilih cabang durian sebesar ibu jari dan yang warna kulitnya masih hijaukecoklatan.
2. Sayap kulit cabang tersebut mengelilingi cabang sehingga kulitnyaterlepas.
3. Bersihkan lendir dengan cara dikerok kemudian biarkan kering anginsampai dua hari.
4. Bagian bekas sayatan dibungkus dengan
media cangkok
(tanah, serabutgambut,
mos). Jika menggunakan tanah tambahkan pupuk kandang/kompos perbandingan
1:1. Media cangkok dibungkus dengan plastik/sabut kelapa/bahan lain, kedua
ujungnya diikat agar media tidak jatuh.
5. Sekitar 2-5 bulan, akar cangkokan akan keluar menembus pembungkuscangkokan. Jika
akar sudah cukup banyak, cangkokan bisa dipotong danditanam di keranjang
persemaian berisi media tanah yang subur.
III.
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknik Budidaya Tanaman
Semusim di laksanakan pada hari Minggu tanggal 17 Desember 2012 ,tepatnya jam
08.00 – 10.00 WITA, Di UPDT BBI Holtikultura Loa Janan, Kutai Kartanegara.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang di gunakan dalam
praktikum Teknik Budibaya Tanaman Semusim adalah Buku Tulis, Pulpen, Meteran
(jika ada), Foto (Camera).
3.3.
Cara Kerja
1. Pada
Praktikum Kali ini kami Mencari Tanaman Semusim yang Terdapat di UPDT BBI
Holtikultura Loa janan, Kutai Kartanegara.
2. Setelah
itu kami mengukur jarak Tanaman Semusim yang Satu dengan sejenisnya menggunakan
Meteran (jika ada), atau mengkonverterkan menggunakan Telapak Kaki.
3. Jarak
atau Hasil yang di Peroleh dengan Mengukur tadi kami catat sebagai Refrensi
pembuatan Laporan.
4. Tanaman
yang Telah Diukur jarak tanamnya lalu kami Foto Sebagai Lampiran Dari hasil
Praktikum.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel Hasil Pengukuran
No
|
Jenis Tanaman
|
Jarak Panjang
Penanaman
|
Jarak Lebar
Penanaman
|
Jarak Panjang
Penanaman
|
Jarak Lebar
Penanaman
|
1
|
Jahe
|
1,5 Meter
|
1,5 Meter
|
3
Langkah
|
1
Langkah
|
2
|
Pepaya
|
3 meter
|
3 Meter
|
9
Langkah
|
9
Langkah
|
3
|
Nanas
|
1,5 Meter
|
1,5 Meter
|
3
Langkah
|
3
Langkah
|
Pembahasan
Dari Data Tabel
di atas kita dapat melihat Jarak Ukur Antar tanam pada tanaman Jahe, Pepaya,
dan Nanas.
Tanaman jahe ditanam sedalam 5 - 7 cm dengan
tunas menghadap ke atas, jangan terbalik, karena dapat menghambat pertumbuhan.
Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar yang dipanen tua adalah
1,5 x 1,5 meter hal itu dikarenakan petani ingin mendapat hasil panen jahe
secara rimpang Tua.
Pada
Tanaman papaya, papaya 3 x 3 m, hal ini di karenakan tanaman papaya adalah
tanaman semusim yang tinngi dan daunnya menyebar jadi di perlukan jarak tanam
yang seperti di atas agar tanaman Tumbuh subuh dan berbuah dengan baik,karena
tanah yang subuh mengandung banyak unsur hara yang dapat mengoptimalkan
pertumbuhan tanaman papaya sehingga dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Sedangkan
untuk Tanaman Nanas memilik Jarak Penanaman 1,5 x 1,5 m, hal ini dikarenakan
Tanaman nanas hanya memiliki panjang sekita 8 – 10 cm dan pelepahnya menyebar,
sehingga unsur hara di dalam tanah tidak dibutuhkan terlalu banyak seperti pada
tanaman papaya yang jarak ukurnya lebih jauh
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
1.
Jrak tanam pada tanaman Jahe adalah 1,5
m x 1,5 m, jarak tanam pada tanaman papaya 3 x 3 m, dan jarak tanam pada
tanaman nanas 1,5 x 1,5 m.
2.
Perbanyakn Tanaman Jeruk dan durian
dapat dilakukan secara vegetative dan generative.
5.2.
Saran
1. Seharunya
Pembimbing mengarahkan secara Lebih Rinci Tentang cara pengukuran tanaman agar
tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran.
2. Praktikum
Seharusnya dilaksanakan disekitar area Kampus dan tidak perlu di lakukan di tempat yang jauh
karena akan memberatkan mahasiswa akan biayanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Aksari,
2010. Perbanyakan tanaman, Gramedia,
Jakarta.
Anonym,
1993. Budidaya jahe dan prospek jahe.
Koprasi daar El- Kutub, Jakarta.
Made,
2009. Perbanyakan pada tanaman jeruk.
Penebar swadaya, Jakarta.
Aksari,
2011. Perbanyakan Tanaman Durian.
Gramedia. Jakarta.
Heddy,
2009. Budidaya Tanaman Nanas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Koswara
S, 2000. Pepaya dan Cara Budidaya. Penerbit
sinar Harapan. Jakarta.